Sunday, March 18, 2012

Kembali ke Sempu

Pada tanggal 2-4 Maret 2012 kemarin, Gastronome kembali melaksanakan regenerasi di pulau Sempu.
Pada perjalan kami kali ini kami banyak menjumpai hal-hal menarik dalam perjalanan.
Perjalanan kami kali ini bisa dibilang sembunyi-sembunyi, karena tidak mendapatkan izin dari pihak jurusan kami. Pihak jurusan menolak perjalanan kami ke pulau Sempu dengan alasan cuaca yang sedang ekstrim pada waktu itu. Untuk meyakinkan pihak Jurusan, akhirnya kami nekat mendatangi kantor BKSDA jatim yang berlokasi di juanda untuk menanyakan tentang keamanan dan bagaimana kondisi disana sekaligus untuk mengajukan proposal supaya kami bebas dari biaya masuk. Pihak BKSDA menyatakan pulau Sempu aman dan bisa dikunjungi, hanya saja kami harus siap bergelut dengan lumpur bila musim hujan seperti ini. Mendapat angin sejuk dari BKSDA, akhirnya kami kembali kekampus untuk meyakinkan pihak jurusan kami bahwa melakukan perjalan ke pulau Sempu saat ini memang benar-benar aman. Tetapi lagi-lagi pihak jurusan tetap tidak memberikan restu pada perjalanan kami kali ini. Merasa geram, kamipun memutuskan berangkat hanya dengan modal izin dari BKSDA tanpa izin dari pihak jurusan. Akhirnya kami mulai melakukan persiapan-persiapan, seperti menyewa barang-barang camp dan membeli perbekalan.

Bersama tetua Gastronome sebelum berangkat.


Dan Akhirnya pada hari Jum'at 2 Maret 2012 pukul 22.30WIB kami berangkat dari kampus menuju pantai Sendang Biru Malang dengan menggunaka truk jisang ( trukTNI ). Seperti karma, merasa perjalanan kami tidak mendapat izin dari jurusan kamipun mengalami hambatan pada saat berangkat. Benar saja amplop coklat yang berisi surat izin dari BKSDA tertinggal dikampus kami tercinta, untung saat kami sadar kami belum seberapa jauh. Akhirnya kami memutuskan untuk menghentikan perjalanan kami sementara di jalan A.Yani, sementara berunding siapa yang akan mengambil surat izin di kampus. Akhirnya Sena, Aiman, dan Hudan kembali kekampus dengan menggunakan taksi. Setalah lama menunggu di pinggir jalan, akhirnya ada sebuah mobil taksi berhenti di belakang jisang yang kami tumpangi. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan pada pukul 00.30WIB. Kami sampai di pantai Sendang biru pukul 03.30WIB, menunggu pagi kamipun beranjak ke warung terdekat untuk menghilangkan capek.Pos perijinan yang biasanya buka pukul 05.00WIB pun juga sepertinya ingin menghambat perjalan kami. Pos Perijinan baru buka pukul 07.00WIB, jadwal kamipun jadi berantakan karena ada 2 hambatan yang kami temui. Setelah dari pos perijinan, kami siap menyebrang ke Teluk Semut dengan menggunakan perahu sewaan. Lagi-lagi, pada saat kami berjalan menuju perahu yang telah kami sewa, hujan deras menyambut kami. Kami sempat berteduh menungu hujan, dan berharap hujan akan segera reda. Tapi hujan sedang tidak bersahabat, kamipun nekat berangkat dengan menggunakan jas hujan ponco. Saat di dermaga, 2 orang teman kami Imam (partisipan) dan Aghra (Gastronome) mendapat luka ringan akibat jatuh terpeleset saat akan masuk kedalam kapal. Rintangan yang kami temui tidak berhenti sampai disitu saja. Pada saat sampai di Segara Anakan dan telah mendirikan tenda, kami berencana mengunjungi pantai-pantai di dekat Segara Anakan. Terdapat 3 pantai yang sering dikunjungi di dekat Segara Anakan. Kami biasa menyebutnya pantai 1, 2, dan 3. Jalan yang di tempuh untuk bisa ke pantai 1, 2, dan 3 harus melewati sebuah bukit. Sekitar jam 4 sore sebagian dari kami berangkat menuju pantai 1 dan sebagian berada di tenda untuk menyiapkan makanan. Kebetulan saya tidak ikut berangkat ke pantai 1. Kekhawatiran mulai datang saat teman-teman kami yang berangkat ke pantai 1 belum kembali ke tenda di saat hari sudah mulai gelap. Di balik dedaunan di atas bukit terlihat cahaya lampu senter yang bergerak menuju Segara Anakan, kami berharap yang datang itu adalah teman-teman kami yang tadi berangkat ke pantai 1. Ternyata benar, itu adalah teman-teman kami yang dari pantai 1 bersama bos Arya. Di malam hari kami menyalakan api unggun untuk menghangatkan diri dari dinginnya malam. Dengan di selingi sharing-sharing dan makan bersama, hawa dingin yang kami rasakan pada malam hari itu seakan-akan hilang akibat kehangatan suasana sebuah keluarga. Sebuah angin kencang disertai hujan gerimis tiba-tiba datang menyerang semua pengunjung di Segara anakan. Kamipun segera masuk kedalam tenda untuk berlindung, tapi ternyata tiang penyangga tenda kami roboh tidak kuat menahan kencangnya angin pada saat itu, pasak tenda kamipun ikut terlepas. Untungnya badai tidak lama menghampiri kami. Setelah reda, kami semua keluar dari tenda dan memasang tenda kembali. Pasak juga kami tanam dan kami beri karang sebesar buah kelapa. Belum selesai kami membetulkan tenda yang tadi roboh di terpa angin, badai datang lagi menghampiri kami. Badai kali ini lebih besar dan lebih lama dari badai yang sebelumya. pasak yang kami tanam tadi tetap terbang, dan tiang penyangga tendapun roboh lagi dihempaskan oleh angin. Cover tenda kami ikut terbang terbawa angin. Otomatis air hujan bisa menembus tenda kami dengan mudah. Kami memutuskan untuk tidur didalam tenda tanpa tiang penyangga tenda. Dengan baju yang basah akibat tetesan air hujan di dalam tenda, kami mencoba tidur dengan tangan menyangga tenda. Beberapa teman kami sudah berhasil terlelap melupakan sejenak kejadian yang meraka alami tadi. Tinggal beberapa dari kami yang tidak berhasil untuk tidur karena tidak kuat menahan dingin. Saya dan beberapa teman yang senasib seperti saya memutuskan untuk keluar tenda dan membuat perapian seadanya, sekedar untuk menghangatkan diri. Tapi ranting-ranting yang tadi digunakan untuk api unggun basah dan tidak bisa terbakar. Yah untung ada spirtus dan kaleng rokok surya yang sebelumnya digunakan untuk memasak, itulah yang akhirnya menjadi senjata kami melawan dingin. Gerimis mulai datang lagi, kami mencoba membangun sebuah tenda sederhana dengan menggunakan cover tenda yang sempat terbawa angin tadi. Setelah jadi, kami berhimpitan berlindung dari gerimis yang kembali menghampiri kami dibawah tenda darurat yang sempit yang berhasil kami buat tadi. Akhirnya Sang Suryapun menampakan sosoknya dan kembali menghangatkan kami. Dan kamipun berhasil melaksanakn regenerasi Gastronome di pulau Sempu. Saat dalam perjalan pulang, kami juga masih ditemani oleh hujan deras selama perjalan kembali kami menuju Teluk Semut. Perjalanan Gastronome di pulau Sempu kali ini memang sangat berkesan untuk kami dan tak terlupakan.
Gastronome dan G-15 yang baru.

2 comments:

  1. Selamat datang G15...

    Seperti layaknya proses persalinan seorang anggota keluarga baru....

    harus ada beban yg ditopang, harus ada genggaman tangan untuk saling menguatkan, harus ada darah yang tumpah, harus ada keringat yg menetes....demi menyambut tangisan si jabang bayi

    Dan pasti ada doa diujung perjuangan persalinan.... semoga anggota keluarga baru ini menjadi anak yg baik, berbakti pada keluarga dan menyebar manfaat bagi lingkungan disekitarnya...amiin

    ReplyDelete
  2. alhamdulillah,, akhirnya ada yg membuka jalur baru lagi
    ada saran.. selain blog
    sebenarnya google juga ada fasilitas situs
    gratis juga (klo g salah krn masih trial)
    sebenarnya akun google tu fasilitas atau aplikasinya banyak
    ya termasuk blogger ato blogspot ini
    jadi masuk dari 1 akun, keluarnya bisa macem-macem
    coba cek
    https://sites.google.com/?pli=1
    penjelasannya ini
    http://www.google.com/sites/overview.html
    fasilitas-fasilitas lain yg disediakan secara gratis
    http://www.google.com/apps/intl/en/group/index.html

    termasuk bikin jaringan kelompok(seperti milis)
    http://groups.google.com/grphp?hl=id&pli=1

    bahan konsep google plus sebenarnya luar biasa
    cuman karena kurang populer, jadinya kurang dimanfaatkan
    sebenarnya yahoo juga selengkap ini
    tp kembali ke kita, kita butuhnya apa

    daripada kelihatan kayak sales.. monggo dipelajari sendiri
    banyak kesempatan & peluang untuk terus berkembang
    tinggal bagaimana kita mencari & memanfaatkannya

    semoga sukses
    keep gastro spirit!!!

    ReplyDelete